Banyak kisah sukses tentang beasiswa,
tapi yang orang-orang gak tau adalah cerita tsb biasanya diawali dengan banyak
episode ketidaksuksesan sebelumnya.
Apalagi ini ke Eropa, dimana kita bisa
belajar beragam kultur yang berbeda dari tiap negara.
Selain itu, bisa jalan-jalan (traveling)
yang kadang-kadang malah jadi alasan utama disamping alasan akademik : )
Beasiswa di tanah air mungkin tidak kalah
seksi, tapi di luar negri biasanya mempunyai persyaratan sedikit berbeda
seperti yang diminta institusi dalam negri.
Tapi karena berbagai alasan, akhirnya saya memilih beasiswa dari Uni Eropa
Itu kisah suksesnya.
Dibalik itu, kisah tidak suksesnya juga
banyak !
Perjuangan saya menjadi 'fakir' beasiswa
dimulai sejak tahun 2008.
Saat itu saya sudah berniat untuk
melanjutkan sekolah, tapi gak mau (atau gak mampu) pake duit sendiri.
Mencari beasiswa menjadi pilihan karena
sepertinya hal itu sangat mungkin, walaupun prestasi saya selama kuliah S1
sebenernya biasa-biasa aja.
(dalam bahasa Indonesia)
Tentang beasiswa dari Pemerintah Belanda e.g. NFP bisa dilihat disini :
Kemampuan berbahasa asing
Walaupun catatan akademik saya selama S1 gak terlalu mengesankan, tapi seengga-engganya kemampuan bahasa Inggris saya lumayan. Itu pikiran saya dulu sebelum mulai kirim banyak aplikasi untuk dapet beasiswa.
Kemampuan bahasa Inggris saya nilai agak lumayan karena pada saat TOEFL pertama (sebelum persiapan) skor saya sudah sekitar 550.
Setelah saya mempersiapkan diri (latihan
sendiri di rumah dengan berbagai sumber daya yang ada : ) akhirnya skor TOEFL
saya merambat naik .......... menjadi 554 !
Padahal skor yang diminta waktu itu
adalah sekitar 560.
http://www.ets.org/toefl/
Motivation letter
Banyak tips dan trik bagaimana bikin
motivation letter yang bisa dicari dengan internet.
Motivation letter pun bisa dibikin bagus
dengan sering latihan dan minta feedback temen.
Perkara motivation letter, seringnya
setelah saya mengarang yang sesuai dengan yang diminta oleh institusi, selalu
ada teman/ kolega bule yang membantu memeriksa (tata bahasa, ejaan dst) juga
memberi feedback atas isi surat tsb.
Surat rekomendasi
Biasanya karena surat ini dikasi dari bos/ supervisor, atau orang yang pernah bekerja bareng, sebisa mungkin saya meminta dari orang-orang yang punya hubungan baik. Sehingga tentunya diharapkan akan memberikan rekomendasi yang baik juga.
Kalau orang/atasan terlalu sibuk untuk
menulis sendiri surat rekomendasi, saya juga akan meminta ijin supaya saya bisa
buat draft-nya untuk dia, dan nanti bisa langsung ditandatangan kalau
disetujui.
Contohnya, mengirim aplikasi beasiwa AusAID, USAID, aplikasi NFP ke Belanda, beasiswa Chevening ke UK, beasiswa DAAD ke Jerman, Erasmus Mundus ke negara di Uni Eropa.
Mulai dari penolakan halus ( ' kami
menerima Anda sebagai murid, tapi harus membiayai sendiri ' ) hingga penolakan
kasar (gak ada pengumuman sama sekali, entah itu aplikasi nyampe atau engga).
Yang pasti, selama belum keterima, saya
akan coba masukkan lagi tahun depannya.
Tentu dengan peningkatan dan perbaikan
dalam menyusun motivation letter, minta surat rekomendasi ke orang yang lebih
berpengaruh, dan bikin aplikasi yang lebih rapih (eye catching) sehingga
panitia juga gak males bacanya.
Itu sih sedikit tips dari saya : )
Biasanya untuk adik-adik yang tertarik
dengan beasiswa EM, kami para alumni EM Indonesia sering touring ke
universitas/ perguruan tinggi di kota-kota besar untuk sosialisasi program ini.
Dan selalu saya arahkan untuk masuk ke
website / situs dimana banyak gambar-gambar tempat negara destinasi yang mereka
inginkan untuk sekolah.
Tujuannya ?
Supaya mereka selalu ingat mimpi mereka
dan mencari cara menuju kesana.
Semoga sukses untuk peraih beasiswa berikutnya !
No comments:
Post a Comment