Saturday, September 21, 2013

.: refleksi buat Indonesia :.

Si kancil suka mencuri timun
Ayo lekas ditangkap
Jangan diberi ampun

Dari sepenggal lagu anak-anak tersebut diceritakan bahwa ada kancil yang suka mencuri timun. Sehingga harus ditangkap dan dihukum.

Belum lagi dongeng untuk anak-anak yang mengisahkan harimau yang mengancam penduduk kampung. Sehingga para penduduk bersatu padu berusaha menangkap harimau (dan sisa ceritanya terlalu menyedihkan).

Apakah ini yang akan kita ajarkan kepada anak-anak kita ?

Bahwa binatang sering mengancam keberlangsungan hidup manusia ?

Padahal kenyataannya yang terjadi sering sebaliknya.

Di Indonesia, sebuah negara kepulauan yang banyak dikagum turis mancanegara karena keaneragaman bio hayati, ternyata penduduk aslinya kurang menghargai satwa aslinya.

Tidak heran dimasa depan, orang asing akan lebih mengenal kalau orangutan (pongo pygmaeus) adalah satwa yang berasal dari Malaysia atau bahkan Singapura.
Karena negara tetangga kita seperti lebih menghargai keberadaan satwa dan menyadari potensi tersebut bisa mendatangkan banyak pemasukan.

Di negeri kita, dimana pemerintahnya tidak terlalu peduli akan ancaman punahnya satwa endemik, kita sering melihat atau mendengar berita tentang pemburuan satwa demi memperluas kebun kelapa sawit.
Ini ironis sekali, terutama bagi saya yang saat berada diluar negri (dan berita tersebut sampai di mancanegara) - ketika teman-teman bule menanyakan, "Apakah tidak ada hukum yang berlaku untuk melindungi satwa terancam tsb?"
"Bagaimana dengan penduduk, apakah mereka tidak tahu bahwa satwa tersebut hampir punah dan nilainya jauh lebih tinggi daripada duit upahan untuk kebun kelapa sawit?"


Pertanyaan yang datang ke saya sesungguhnya sangat wajar.

Orang bule atau orang luar, bisa jauh lebih menghargai keaneka ragaman hayati daripada orang kita.
Simply karena mereka engga punya hal seperti itu di negeri mereka.

Gak semua negara bisa beruntung tinggal di permata khatulistiwa seperti Indonesia. Gak semua negara bisa punya hutan tropis yang kaya akan keaneka ragaman satwa dan hayati seperti kita.
Negara yang kaya seperti Singapura dan Jerman contohnya, menginvestasikan banyak duit untuk bikin 'hutan tropis' buatan, sebagai salahsatu sarana untuk menarik turis.

Karena kita hidup sangat berdekatan dengan segala 'kekayaan' itu, kita gak sadar bahwa itu harus dipelihara.

Dan sedihnya, kita emang gak pernah diajarkan sewaktu kita bersekolah entah di SD, SMP, atau SMU.

Coba saja kalau saya tanyakan, ada berapa guru yang Anda kenal pernah mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan hidup?
Seperti kalau mengunjungi suatu tempat wisata alam, harus menjaga kebersihan lingkungan, tidak merokok (ya asap rokok berbahaya bagi tumbuhan dan satwa, bukan hanya bagi manusia) dan tidak mengambil apapun dari alam (kecuali hanya mengambil gambar/ foto).

Saya pernah traveling dengan seorang kolega, lulusan S2 dari institusi ternama.
Kami berwisata laut, melakukan kegiatan seperti snorkeling dst.
Lalu dia kepikiran untuk mengambil bintang laut berwarna biru sebagai souvenir !
Bindung laut tsb rencananya akan dia simpan di dalam tas untuk dibawa pulang ke Jakarta.

Tentu saya menjelaskan, bahwa hal tersebut bukanlah ide yang baik.
Bintang laut tempatnya di laut, buken di lemari souvenir.
Mengambil mereka dari rumahnya, sama seperti membunuh mereka.
Karena beberapa jam tanpa air saja makhluk itu akan mati, belum juga pertimbangan bau busuk dari tas karena membawa bangkai.

Hanya foto dan kenangan yang boleh diambil dari laut, begitu yang saya sampaikan.
Untungnya teman saya tidak ngeyel terlalu lama dan langsung melempar bintang laut tsb ke laut.

Ini membuat saya berpikir, inikah wajah dari Indonesia sesungguhnya?
Dimana orang lulusan S2 saja, yang dianggap kaum intelek dan berpendidikan, tapi jauh dari prinsip menjaga alam, binatang dan lingkungan tempat hidupnya?

Dari banyak hal yang bisa saya pelajari saat traveling, hal yang paling membanggakan adalah ketika orang luar tau saya dari Indonesia, mereka langsung bilang: "Oh itu negara asalnya Orang Utan / Komodo ! "

Ya betul. Gambar Orang Utan lah yang tertera pada tiket masuk saat saya mengunjungi kebun binatang di Berlin dan Amsterdam.
Betapa bangganya saya berasal dari negeri indah yang namanya Indonesia ini.

Tapi sayang, sekembalinya ke Indonesia, kebanggaan saya tidak berlangsung lama. Karena mengetahui sesungguhnya kita sendiri tidak sadar untuk menjaga kekayaan alamnya.

Apakah karena masyarakat kita terlalu miskin? terlalu bodoh?

Apapun itu mudah-mudah dengan semakin banyak pengalaman yang kita dapat saat traveling, bisa membuat kita lebih sadar dan menghargai apa yang kita punya.


Turis: hanya mengunjungi suatu tempat, foto-foto, pulang meninggalkan sampah

Traveler: mengunjungi suatu tempat, belajar sesuatu dari tempat yang dikunjungi, pulang membawa pengalaman.




Your Fonts - Font Generator